Kamis, 05 November 2015

Sejarah dan Perkembangan Kain Tenun Songket Riau

Kain tenun di Riau yang sekarang banyak dijumpai merupakan kain tenun tradisional turunan dari tenun di daerah Siak, Riau. Kain tenun Siak sendiri merupakan budaya yang awalnya diperkenalkan oleh suku Melayu dari Trengganu, Malaysia. 
Masyarakat Riau mulai mengenal kain tenun sejak masa pemerintahan Kerajaan Siak. Ibukota kerajaan Siak masih terletak di Siak, atau sekarang dikenal dengan nama Siak Sri Indrapura. Pada masa pemerintahan Sultan Sayid Ali, hubungan antar Kerajaan Siak dengan kerajaan di Semenanjung Melayu sangatlah erat. Masyarakat Siak belajar menenun dari perajin tenun bernama Wan Siti binti Wan Karim yang sengaja didatangkan dari Kerajaan Trengganu, Malaysia.
Pada waktu itu alat tenun yang digunakan berupa alat tenun sederhana dari bahan kayu yang berukuran sekitar 1 x 2 meter. Disebut  ‘kik’. Sesuai dengan ukuran alatnya, maka lebar kain yang dihasilkan tidak terlalu besar, sehingga tidak cukup untuk digunakan membuat satu kain sarung. Untuk membuat satu kain sarung harus menyambung dua kain yang telah jadi, proses ini disebut ‘Berkampuh’.
Pada masa tersebut Siak bisa dikatakan sebagai sentra tenun yang khusus menyediakan kain bagi pakaian para bangsawan di kerajaan. Namun, setelah itu pusat pemerintahan mulai dipindahkan ke daerah tepian sungai yang kemudian dikenal sebagai Pekanbaru. Perpindahan pusat pemerintahan ke Pekanbaru, otomatis semua perangkat negeri dan pusat kebudayaan pun berpindah. Seiring waktu, kesenian dan kebudayaan Melayu mulai berkembang, termasuk kerajinan tenun tradisionalnya. Bermula dari sinilah Tenun Siak mulai berkembang dan dinamai dengan Tenun Melayu Pekanbaru.
Berkembangnya tenun tradisional Riau tidak lepas dari peranan tokoh-tokoh masyarakat. Tokoh wanita Melayu Riau yang sangat berperan dalam mengembangkan kerajinan kain tenun Siak di Riau adalah Tengku Maharatu, permaisuri Sultan Syarif Kasim II. Beliau mengajarkan cara bertenun kepada kaum wanita di Siak dengan tujuan meningkatkan derajat wanita melalui penambahan keterampilan bertenun tersebut.
Kain tradisional daerah Riau merupakan kain tenun, atau biasa disebut oleh perajin dan pendatang sebagai kain songket. Tenun tradisional Riau pada masa dahulu hanya digunakan untuk kalangan bangsawan atau kaum kerajaan saja. Namun seiring waktu, kain tenun ini mulai digunakan secara luas. Paling lazim kain tenun tradisional digunakan untuk acara pernikahan adat Riau sebagai bahan utama pembuat pakaian pengantin, dan juga sebagai salah satu hadiah pernikahan (seserahan) untuk mempelai. Selain itu, mulai banyak produk kerajinan yang dibuat dari tenun khas Riau. Untuk cinderamata misalnya, dibuat souvenir gantungan kunci berbentuk pakaian adat Riau dengan aksen tenun. Ada pula wadah tisu, sarung bantal, kap lampu, tempat perhiasan, tas, dan lain-lain.






 Untuk tetap melestarikan kain tenun tradisional Riau dan akar kebudayaan Melayu, maka pemerintah daerah Riau menerapkan peraturan seragam untuk pegawai negeri sipil di wilayah Riau. Aturan seragam tersebut yaitu pada hari Kamis diwajibkan menggunakan pakaian khas dengan kain tenun Riau, sedangkan hari Jumat, diwajibkan untuk mengenakan baju adat khas Melayu. Dengan demikian, kebutuhan masyarakat terhadap tenun tradisional Riau akan tetap ada, sehingga kain tenun akan tetap diproduksi. Hal ini merupakan salah satu usaha melestarikan tenun tradisional Riau. Temukan koleksi songket melayu riau di www.rumahjahitfemina.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar